Bamboo Rafting, Loksado, Kalimantan Selatan

Bamboo Rafting

Berwisata ke Loksado di Kalimantan Selatan wajib hukumnya untuk mencoba aktivitas tradisional yang seru ini. Apalagi kalau bukan lanting paring alias Bamboo Rafting!





Rakit mungkin banyak digunakan sebagai alat transportasi air. Alat ini lebih banyak digunakan sebagai alat penyeberangan di sungai yang berarus tenang. Tapi, di Loksado Kalimantan Selatan, fungsi perahu dari susunan bambu ini tidak hanya sebatas itu, tapi juga untuk mengarungi sungai berarus deras dan menjadi aktivitas wisata yang banyak digemari wisatawan mancanegara.






Lanting paring adalah istilah yang berasal bahasa Dayak setempat. “lanting” berarti mengarahkan dan “paring” atau bambu. Sebelumnya, aktivitas ini merupakan bagian dalam keseharian warga Loksado, terutama kaum pria remaja atau dewasa. Dengan bantuan rakit bambu inilah, mereka membawa berbagai hasil hutan atau kebun ke Kandangan, kota terbesar di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, untuk kemudian dijual.

Kini, aktivitas lanting paring telah berkembang dan menjadi sebuah atraksi wisata. Tak hanya wisatawan dalam negeri, banyak pula turis asing yang kemudian menggemari aktivitas unik ini. Untuk mendapatkan sensasi dan serunya bamboo rafting, kita bisa dengan menuju sebuah lokasi yang tak jauh dari Pasar Loksado, Sungai Amandit.

Sungai Amandit sendiri berhulu di Pegunungan Meratus dan melintasi berbagai daerah di Kalimantan Selatan, seperti Loksado, Kandangan dan daerah lainnya. Sungai ini kemudian menyatu dengan Sungai Negara dan sungai terpanjang di Kalimantan Selatan, Sungai Barito.


Praktis dan Mudah
Pagi adalah waktu yang ditetapkan untuk memulai bamboo rafting. Dari penginapan, saya bersama teman-teman lain menuju titik start pengarungan, yang berlokasi tak jauh dari pasar Loksado. Di sana telah menunggu beberapa rakit yang parkir di tepi sungai.


Air Sungai Amandit yang jernih dan arusnya nampak deras. Buih-buih air yang berwarna putih membuncah, dan suara air sungai menderu tiada henti. Tak jauh dari tempat kami berkumpul, terdapat sebuah jembatan gantung yang sesekali dilintasi beberapa warga setempat.

Selanjutnya, kami menuju rakit yang telah ditetapkan. Masing-masing diisi oleh dua orang tamu atau peserta, dengan satu atau dua pemandu. Menurut pemandu, peserta dalam sebuah rakit berjumlah maksimum empat orang, tergantung berat tamu yang bersangkutan. Bila dianggap berat, maka kemungkinan jumlah tamu yang ada di rakit tersebut akan dikurangi atau dipindahkan. Bila dipaksakan, hal itu bisa membuat rakit tenggelam dan, tentunya, berbahaya bagi para peserta.

Mengikuti bamboo rafting juga tergolong praktis. Setiap tamu bisa dengan mudah mengikuti kegiatan berdurasi sekitar tiga jam ini tanpa harus memiliki keahlian renang yang mumpuni ataupun mengenakan berbagai perlengkapan yang rumit atau khusus. Singkatnya, tinggal naik dan duduk di rakit, kitapun bisa langsung mengikuti dan menikmatinya.

Menantang Sejak Awal
Setelah seluruhnya dirasa siap. Satu-persatu rakit mulai melaju di atas sungai, mengikuti derasnya arus. Petualang pun dimulai.


Sesaat trip dimulai, sebuah daerah jeram sudah menunggu. Alhasil, setiap tamu pasti sudah harus berkonsentrasi untuk menghadapinya. Para guide pun langsung beraksi. Dengan sebilah bambu sepanjang sekitar dua meter, ia mulai mengarahkan rakit ke arah yang diinginkan. 

Yang unik, dalam mengarahkan rakitnya, para pemandu ini terkadang sampai melompat bak pesilat dalam film laga. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan daya dorong yang lebih kuat.

Bamboo rafting memang bisa menjadi sebuah alternatif wisata yang menarik. Dengan rakit bambu dan pemandu, aktivitas ini menyuguhkan sebuah tantangan tersendiri. Tantangan dalam kegiatan ini terasa lebih orisinil dan seru dibanding dengan kegiatan serupa yang menggunakan peralatan khusus, seperti whitewater rafting atau arung jeram, kayaking hingga surfing.




Sepanjang perjalanan, wisatawan tak hanya dapat menikmati segarnya air sungai, tapi juga dapat menikmati suasana alam sekitar. Perbukitan yang hijau dan tinggi beserta lereng-lerengnya yang terjal, pemukiman masyarakat sekitar yang masih bergaya tradisional adalah beberapa diantaranya. Ada kalanya, wisatawan menjumpai anak-anak desa yang berenang di sungai dengan bebas dan ceria. Sungguh sebuah pemandangan yang sulit dijumpai di kota besar.

Setelah sekitar satu jam perjalanan, kami berhenti untuk beristirahat di sebuah bagian sungai yang tenang. Di sini, para wisatawan pun dipersilakan untuk menceburkan diri ke dalam sungai yang jernih dan dingin.




Lepas dari lokasi peristirahatan, kami kembali dihadang oleh sejumlah jeram. Mereka tersebar di beberapa titik dan bervariasi. Terikan mulai terdengar lagi, menandakan serunya trip yang unik ini. Semua jeram yang dijumpai masih dalam kategori aman dan masih bisa dilewati dengan selamat.

Beberapa puluh menit kemudian, rakit-rakit bambu yang membawa kami pun akhirnya berlabuh di Muara Tanuhi, titik akhir perjalanan ini.



Menu” Wajib di Loksado
Bamboo rafting memang sebuah aktivitas unik dan menantang. Aktivitas ini pun bisa menjadi ‘menu’ yang wajib dinikmati oleh para wisatawan yang singgah di Loksado.






Namun demikian, aktivitas ini perlu dikembangkan lagi agar kegiatan ini menjadi menjadi wisata unggulan di Kalsel dan lebih menarik dan para wisatawan menjadi lebih nyaman. Sebut saja penggunaan perlengkapan keamanan yang memadai, membangun area rehat yang nyaman, plus suguhan menu ringan, atau tenaga pemandu yang mampu berbahasa asing dengan baik. Dengan begitu, trip unik ini mampu “bersaing” dengan aktivitas serupa di Kanchanaburi, Thailand, serta makin banyak wisatawan yang tertarik untuk mencobanya.

***

Tip Mengikuti Bamboo Rafting
  • Jangan mengenakan benda atau aksesori berharga, seperti arloji, kalung, cincin, kalung, gelang, dan perhiasan lainnya.
  • Kenakan sepatu olahraga atau sandal.
  • Bagi pengguna kaca mata, lindungi atau ikat kaca mata dengan tali.
  • Bila ada benda penting yang akan dibawa (kamera, dompet, makanan ringan, telepon genggam), lindungi dengan dry bag (tas anti air) atau dengan kantong plastik berlapis.
  • Bawalah snack dan minuman serta pakaian ganti agar anda terhindar dari rasa dingin akibat baju yang basah dalam perjalanan kembali ke penginapan atau titik start.
Tarif 
Rp 250 ribu s/d Rp 300 ribu per rakit (harga dapat berubah sewaktu-waktu)

***

Teks & foto: Adi Supriyatna