Jalan Jalan Ke Kota Udang



Selama ini Cirebon lebih dikenal sebagai kota persinggahan semata bagi mereka yang hendak melintas dari timur ke barat Jawa atau sebaliknya, terlebih pada masa liburan Hari Raya Idul Fitri atau masa liburan. Kota yang terletak di pesisir pantai utara Jawa ini pun menjadi salah satu kota tersibuk di tanah air, dalam “melayani” warga yang ingin mudik sekaligus berlibur dari Jakarta maupun kota lainnya.


Tapi Cirebon sesungguhnya bukan kota persinggahan semata. Di kota yang juluki “Kota Udang” ini tersimpan keunikan serta keindahaan yang tersebar di sejumlah sudut kota. Kota ini pun makin menarik karena menggambarkan percampuran dua budaya, yakni Jawa Barat dan Jawa Tengah.




Keraton Kasepuhan
Keraton Kasepuhan merupakan keraton tertua dan pertama di Cirebon. Keraton ini didirikan pada 1529 oleh Sunan Gunung Jati yang termasuk dalam Wali Songo—sembilan wali penyebar Islam di tanah Jawa.



Keraton Kasepuhan memiliki arsitektur yang unik. Meski sebagai kesultanan Islam, beberapa elemen bangunan di keraton ini dipengaruhi Hindu, misalnya pada bentuk gapura dan bangunan lainnya. Pengaruh China juga tampak di keraton ini. Hal itu tampak pada ornamen di dinding keraton, yang menggunakan keramik dan beragam motif yang khas.

Salah satu koleksi penting di Keraton Kasepuhan adalah Kereta Singa Barong yang dahulu menjadi kendaraan kebanggaan kesultanan. Kini kereta tersebut memang tak lagi digunakan, tapi masih dianggap sakral. Kereta Singa Barong dimunculkan ke hadapan khalayak luas untuk disucikan, sekali setiap tahunnya, yakni pada 1 Syawal dalam kalender Islam.

Alamat
Keraton Kasepuhan
Jl. Lemah Wungkuk
Cirebon

Waktu Kunjungan: jam 8.00 – 16.00
HTM: Rp3 ribu

Keraton Kanoman
Keraton ini didirikan pada 1510 tahun Saka atau tahun 1588 oleh Sultan Kanoman I (Sultan Badridin alias Pangeran Kertawijaya), turunan ke-7 dari Sunan Gunung Jati (Syarief Hidayatullah). Letak keraton ini hanya beberapa puluh meter saja dari Keraton Kasepuhan. Keraton seluas 6 hektare ini terbagi menjadi 4 bagian, yaitu bagian depan keraton, halaman pertama, halaman kedua, dan halaman ketiga.

Di setiap bagian terdapat bangunan-bangunan yang memiliki fungsi tersendiri. Tercatat, ada 27 bangunan yang terdapat di kompleks keraton yang berlokasi di Kampung Kanoman ini.

Alamat:
Keraton Kanoman
Jl. Winaon
Cirebon

Waktu Kunjungan: jam 8.00 – 17.00


Keraton Kacirebonan
Sedikit berbeda dengan keraton sebelumnya, Keraton Kacirebonan memiliki luas lebih kecil, hanya sekitar 46 ribu meter persegi saja. Arsitekturnya pun tergolong lebih modern, layaknya bangunan Eropa tempo dulu. Keraton ini didirikan pada 1808 oleh Pangeran Anom.



Di Keraton Kacirebonan terdapat sejumlah bangunan yakni, rumah induk, paseban (bangunan semi terbuka), dan langgar. Di keraton ini juga masih menyimpan benda-benda bersejarah, seperti keris, wayang kulit, perlengkapan perang, gamelan, hingga topeng Cirebon. Hingga kini, keraton ini masih dihuni oleh keturunan Sultan.

Alamat:
Keraton Kacirebonan
Jl. Pulosaren No. 48
Cirebon


Tamansari Gua Sunyaragi
Situs lain yang juga menarik di Cirebon adalah Tamansari Gua Sunyaragi. Terletak sekitar 5 kilometer di sebelah barat kota, tepatnya di Kelurahan Graksan, situs ini adalah tempat petilasan Sultan Cirebon tempo dulu dan sesuai namanya, situs yang berdiri di area seluas sekitar 1,5 hektare ini adalah sebuah kompleks taman air. 






Di dalam situs yang dibangun pada 1703 dan digagas oleh Patih Keraton Kasepuhan, Pangeran Arya Cirebon, ini terdapat ruangan yang dihubungkan oleh lorong-lorong, serta taman hijau dan asri. Tempat ini pun tak hanya ramai dikunjungi para peziarah, tapi juga para peminat fotografi dari berbagai pelosok di Tanah Air.

Alamat:
Tamansari Gua Sunyaragi
Jl. Brigjend. Dharsono
Cirebon

Waktu Kunjungan: jam 8.00 – 16.00
HTM: Rp5 ribu


Museum Linggarjati
Di selatan kota Cirebon, ada sebuah destinasi yang menarik. Selain menawarkan udaranya yang sejuk karena terletak di kaki Gunung Ciremai, destinasi yang bisa dicapai sekitar 1 jam ini memiliki nilai sejarah terkait dengan terbentuknya republik ini.






Museum Linggarjati adalah salah satu situs bersejarah karena pernah menjadi tempat diselenggarakannya sebuah perundingan penting antara Pemerintah Indonesia dan Belanda dalam menentukan wilayah Nusantara pada 1946 silam, yang dikenal dengan Perundingan Linggarjati.

Selain mengamati bangunan museum yang masih terawat, di sini wisatawan juga dapat menjelajah sudut-sudut ruangan dan menjumpai beragam benda yang dahulu digunakan dalam perudingan tersebut. Selain itu, pengunjung museum juga dapat bersantai sambil menikmati sejuknya alam di halaman museum yang luas dan asri.

Untuk menuju Museum Linggarjati, wisatawan dapat menempuh perjalanan ke arah Kuningan. Di pertigaan Linggarjati, ambil arah ke kanan, sampai ke area parkir museum.

Bila menggunakan angkutan umum, wisatawan bisa menggunakan bus jurusan Kuningan dan turun di pertigaan Linggarjati. Selanjutnya menggunakan angkot jurusan Cilimus – Linggarjati atau ojek sampai ke area museum.

Alamat:
Museum Linggarjati
Desa Linggarjati, Kec. Cilimus
Kab. Kuningan

Waktu Kunjungan: jam 7.00 – 15.00 (Senin – Jumat), 8.00 – 17.00 (Sabtu – Minggu)

HTM: Rp2 ribu


Batik Trusmi
Selain dikenal sebagai kota penghasil udang, Cirebon juga memiliki kreasi batik yang khas, yang disebut batik Trusmi. Sedikit berbeda dengan batik lainnya, batik Trusmi memiliki ciri khas tersendiri, yaitu motif yang muncul lebih beragam dan warnanya lebih kaya. Trusmi sendiri mengacu pada nama sebuah daerah, yakni Kampung Trusmi, yang berada di Kecamatan Plered, 4 km dari kota Cirebon.




Selain dapat menyaksikan proses pembuatan batik, di sini wisatawan bisa membeli ragam produk batik Trusmi dengan harga yang terjangkau tentunya.

Menuju pusat batik Trusmi tidaklah sulit sebab bus antarkota dari Jakarta atau Bandung akan melalui tempat ini. Wisatawan dapat turun di Pasar Plered dan selanjutnya tinggal mencari papan namanya. Selanjutnya, kita tinggal berjalan kaki untuk memasuki kawasan yang menjadi batik Cirebon tersebut.


Empal Gentong
Jalan-jalan atau sebatas singgah di Cirebon, tak lengkap rasanya bila tak mencicipi hidangan khas yang disebut empal gentong.



Sekilas hidangan ini mirip gule, berisikan daging dan kuahnya berwarna kecokelatan. Ciri khas menu ini adalah, hidangan ini dimasak menggunakan gentong.

Hidangan ini biasa disajikan dengan lontong tanpa isi atau nasi putih. Rasanya lebih nikmat dengan turut digunakannya kucai dan cabai kering giling sebagai sambalnya.

Mencicipi empal gentong pun sangat mudah karena menu ini banyak ditawarkan oleh rumah makan kecil hingga restoran besar yang tersebar di kota udang. Harga menu ini sekitar Rp20 ribu-an untuk setiap porsinya.

Nasi Jamblang
Hidangan khas Cirebon lain yang unik dan lezat adalah nasi jamblang. Hidangan ini berisi nasi dan sejumlah lauk-pauk yang dibungkus atau dialasi daun jati.





Lauk di dalam bungkusan nasi jamblang sangat beragam, mulai dari sayur, tempe, tahu, ikan, daging ayam, hingga daging sapi. Sajian ini pun telah banyak menjadi menu andalan rumah makan dan restoran di Cirebon. Soal harga, menu ini pun cukup terjangkau. Harga setiap porsinya Rp18 ribu-an saja.

Cirebon sangat mudah dijangkau dari ibu kota atau dari kota lain di Jawa, mengingat lokasinya berada di jalur penting—Pantura. Dari Jakarta, Cirebon dapat dicapai dengan bus AKAP atau kereta api yang beroperasi setiap hari dalam beragam kelas, mulai ekonomi hingga eksekutif, selama sekitar 5 jam. Namun, bila ingin lebih nyaman, menggunakan kendaraan pribadi bisa jadi opsi yang menarik tentunya.