Batik, Persembahan Maha Karya Indonesia Bagi Dunia
Batik
telah lama hadir di Nusantara sejak dulu kala. Disadari atau tidak,
tradisi ini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam setiap
denyut kehidupan manusia Indonesia - sejak lahir, hidup dan berkarya,
hingga meninggalkan alam dunia yang fana.
Batik
adalah sebuah tradisi melukis di atas kain asli Indonesia. Kain-kain
yang digambar dengan aneka motif unik dan khas itu kemudian
dikreasikan dalam berbagai rupa dan fungsi, serta digunakan oleh
masyarakat. Motif yang muncul pada kain tersebut dibuat dengan cara
dilukis dengan menggunakan canting dengan teknik pewarnaan yang
menggunakan bahan alami.
Keberadaan
batik di Indonesia memiliki kisah yang panjang. Tradisi batik
diperkirakan muncul di Nusantara, khususnya Jawa, pada masa kerajaan
Majapahit atau abad ke-12. Hal itu ditandai dengan ditemukannya arca
Prajnaparamita (Dewi Kebijaksanaan) di Jawa Timur abad ke-13. Pada
arca tersebut digambarkan bahwa Sang Dewi mengenakan kain yang
dihiasi dengan motif sulur tumbuhan dan bunga – motif yang masih
dijumpai hingga sekarang.
Tak
hanya di Jawa, batiksesungguhnya juga dijumpai di daerah lain di
Tanah Air, seperti Sumatera, Bali, Sulawesi, hingga Papua. Seperti
halnya dengan di Jawa, setiap batik tersebut memiliki ciri khas
masing-masing.
Batik Tanjung Pinang dengan motif Gonggong yang khas dan kaya warna |
Pada
1817 batik mulai dikenal di Eropa seiring dengan terbitnya buku
History
of Java,
karya Sir Thomas Stamford Raffles - Gubernur Inggris yang pernah
bertugas di Jawa- yang di dalamnya terdapat kisahkan tentang batik.
Kemudian pada 1873, seorang saudagar menyumbangkan batik Jawa ke
Museum Etnik di Rotterdam, yang didapatkannya saat berkunjung ke
Tanah Jawa.
***
Batik
Nusantara terbagi menjadi beberapa jenis atau tipe. Dari sisi
pembuatannya, batik terbagi ke dalam 3 tipe yakni, batik tulis, batik
cap dan batik lukis.
Perajin Batik Besurek di Bengkulu |
Pada
batik tulis, motif dan corak batik yang terdapat pada kain dibuat
dengan menggunakan tangan dengan bantuan canting. Sementara pada
batik cap, motif dibuat dengan cara dicap atau dengan alat cetak yang
terbuat dari lempengan tembaga. Sedangkan batik lukis adalah proses
pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.
Teknik
pembuatan batik tersebut turut mempengaruhi waktu dalam pembuatannya.
Untuk batik tulis misalnya, batik ini memerlukan waktu pembuatan
antara 2 hingga 3 bulan. Sedangkan untuk batik cap, waktunya lebih
cepat, dimana hanya sekitar 2 sampai 3 hari saja.
Motif
atau corak maupun warna yang terdapat pada batik juga sangat beragam.
Secara umum, batik yang dibuat oleh komunitas atau warga yang hidup
di daerah pesisir memiliki motif khas yang cenderung bersifat
naturalis dan warna yang cerah sebagaimana yang nampak pada batik
Cirebon atau Pekalongan. Sedangkan, pada batik Jogja atau Solo, warna
cenderung gelap – cokelat, hitam atau kuning- dan motifnya lebih
bersifat abstrak.
Tangan-tangan terampil perajin Batik Besurek |
Motif
batik biasanya diwariskan secara turun temurun dan memiliki makna
tersendiri. Ada pula motif yang menunjukkan status seseorang. Pada
Motif Parang misalnya, motif ini merupakan motif yang biasa digunakan
oleh kalangan ningrat atau bangsawan di Jawa.
Kain
batik yang dibuat pada umumnya berupa produk yang berkaitan dengan
busana. Selain berupa kain panjang, batik juga muncul dalam bentuk
lain, seperti blangkon,
ikat dan kain gendongan untuk anak.
***
Sampai
dengan awal abad 21, batik masih kental dengan nuansa konservatif.
Walau ada upaya untuk memperkenalkan batik lebih luas lagi, hasilnya
masih belum sesuai harapan.
Tapi
kondisinya mulai berubah sejak tahun 2009. Pamor batik jadi lebih
bersinar dan makin banyak kalangan, terutama kaum muda, yang antusias
mengenakan batik.
Kondisi
ini tak lepas dari momentum diresmikannya batik sebagai “Masterpieces
of the Oral and Intangible Heritage of Humanity” (Warisan
Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi) oleh UNESCO. Berangkat
dari momentum itu pula, Pemerintah RI pun kemudian menetapkan tanggal
2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Himbauan Pemerintah kepada
kalangan perusahaan swasta agar segenap karyawannya mengenakan batik
sekali dalam seminggu pun mendapat sambutan yang sangat positif.
Selain
itu, ada hal lain yang cukup membanggakan seiring dengan makin
tingginya kesadaran akan berharganya nilai batik, yaitu dengan
ditemukannya metode modern oleh komunitas pencinta batik, yang
kemudian dikenal dengan batik faktal. Dengan metode baru ini,
motif-motif batik Nusantara dapat didokumentasikan dan membuat para
perajin batik khususnya dapat berkreasi lebih luas lagi.
Kini
produk
batik yang muncul pun makin bervariasi. Tak lagi sebatas pada busana
kebaya atau kemeja pria, batik juga muncul dalam aneka produk atau
aksesoris, seperti aneka tas hingga alas kaki (sandal atau sepatu).
Ragam Produk Batik Tanjung Pinang koleksi salah satu showroom |
Adanya
pengakuan dari lembaga Internasional menjadi bukti bahwa batik
merupakan sebuah karya agung masyarakat Indonesia yang sarat akan
nilai-nilai luhur dan patut dilestarikan. Karenanya, sudah sepatutnya
bila batik mendapatkan apresiasi dan dilestarikan serta bermanfaat
bagi generasi yang akan datang.
Sebuah
maha karya Indonesia yang dipersembahkan bagi dunia.
***
Teks & foto: Adi Supriyatna